Seperti
tulisan admin di blog sebelumnya bahwa bulan Ramadhan seharusnya tidak
menghalangi aktivitas kita sehari-hari, termasuk dalam urusan traveling. Ya, traveling tetap bisa
dilakukan kok walaupun sedang menjalankan ibadah puasa. Dari tips traveling di bulan Ramadahan yang
kemarin admin tulis, salah satunya adalah mengunjungi destinasi wisata reliji.
Mengunjungi tempat yang punya sejarah khusus terhadap proses penyebaran agama
Islam bisa dijadikan pilihan yang tepat lho sob. Misalnya seperti Masjid Sunan
Ampel di Surabaya, Jawa Timur. Masjid ini bukan hanya bersejarah, namun juga dipercaya
mempunyai keunikan dan karomah tersendiri yang bisa menambah khasanah ilmu agama kita.
Masjid
Sunan Ampel terletak tidak jauh dari Pelabuhan Tanjung Perak yang merupakan
pelabuhan utama di wilayah Indonesia timur, sekitar 4 km dari pusat Kota
Surabaya. Sebagai salah satu masjid tertua dan teramai di Surabaya, Masjid
Sunan Ampel tidak bisa dipisahkan dari sosok Sunan Ampel. Sunan Ampel merupakan
salah satu “wali songo” atau Sembilan wali yang berperan menyebarkan ajaran
Islam di Tanah Jawa. Berikut ini adalah sedikit informasi mengenai sejarah pembangunan Masjid Sunan Ampel.
Masjid
Sunan Ampel didirikan pada tahun 1421 oleh Raden Rachmat Racmatullah di dalam wilayah
kerajaan Majapahit. Rumah ibadah yang
tercatat sejarah sebagai Masjid tertua ketiga di Indonesia ini dibangun dengan
percampuran antara arsitektur Jawa kuno yang kental dan nuansa Arab yang khas. Hingga tahun 1905, Masjid Sunan Ampel adalah
masjid terbesar kedua di Surabaya. Masjid Ampel berbahan kayu
jati yang didatangkan dari beberapa wilayah di Jawa Timur dan diyakini memiiki
'karomah'. Seperti disebut dalam cerita masyarakat, saat pasukan asing
menyerang Surabaya dengan senjata berat dari berbagai arah dan menghancurkan
kota Surabaya namun tidak menimbulkan kerusakan sedikitpun pada Masjid Ampel
bahkan seolah tidak terusik. Dulunya
masjid ini menjadi tempat berkumpulnya para ulama dan wali Allah untuk membahas
penyebaran Islam di tanah Jawa. Masjid Sunan Ampel tidak dibangun sendiri oleh
Sunan Ampel, melainkan bersama kedua orang sahabatnya yaitu Mbah Sonhaji atau
Mbah Bolong dan juga Mbah Soleh, pembantu Sunan Ampel yang bertugas
membersihkan Masjid Sunan Ampel. Saat ini, makam kedua sahabat Sunan Ampel
tersebut berada di sekitaran Masjid Sunan Ampel sendiri. Sedangkan Sunan Ampel
sendiri meninggal dunia pada tahun 1481 dan dimakamkan di sebelah barat dari
Masjid.
Sunan Ampel sendiri termasuk dari 9 wali yang
menyebarkan Islam di tanah Jawa. Diperkirakan lahir di Champa , Kamboja pada
tahun 1401. Sejarah
mencatat, Sunan Ampel adalah keturunan dari Ibrahim Asmarakandi. Salah satu
Raja Champa yang yang kemudian menetap di Tuban, Jawa Timur. Saat berusia 20
tahun, Raden Rachmat memutuskan untuk pindah ke Tanah Jawa, tepatnya di
Surabaya yang ketika itu merupakan daerah kekuasaan Majapahit di bawah Raja
Brawijaya yang dipercaya sudah beragama Islam ketika berusia lanjut itu. Di
usianya 20 tahun, Sunan Ampel sudah dikenal pandai dalam ilmu agama, bahkan
dipercaya Raja Brawijaya untuk berdakwah dan menyebarkan agama Islam di
Surabaya.
Keunikan
dari Masjid Sunan Ampel ini adalah bangunannya yang secara apik mengadaptasikan
nilai-nilai Islam ke dalam arsitektur Jawa. Gapuro (pintu gerbang), misalnya,
yang konon berasal dari kata Arab ghafura
yang berarti ampunan, dibangun di area masjid untuk mengingatkan setiap Muslim
agar memohon ampunan sebelum memasuki kawasan suci dan mendekatkan diri kepada
Allah SWT.
Lima
gapura yang ada di sekelilingnya merefleksikan inti ajaran agama Islam.
Bilangan lima menyimbolkan jumlah rukun Islam. Di sebelah selatan adalah gapura
pertama yang bernama Gapuro Munggah. Munggah berarti naik. Dinamakan demikian
karena gapura ini menyimbolkan rukun Islam yang kelima, yaitu haji. Dalam
tradisi Jawa, orang yang naik haji dikatakan munggah kaji.
Masih
di sebelah selatan masjid, terdapat gapura kedua yang bernama Gapuro Poso
(puasa). Gapura ini secara implisit mengajarkan umat Muslim menunaikan puasa,
baik yang wajib maupun sunnah. Ada juga, Gapura Ngamal (beramal) yang
menyimbolkan pentingnya beramal bagi umat Islam untuk membantu sesama Muslim
yang membutuhkan. Di sebelah barat masjid terdapat Gapuro Madep. Madep berarti
menghadap, yaitu menghadap ke arah kiblat ketika mendirikan shalat. Gapura yang
terakhir adalah Gapuro Paneksan (kesaksian), yang berarti kesaksian bahwa tidak
ada Tuhan selain Allah dan Muhammad SAW adalah utusan Allah. Cukup menarik
apabila melihat posisi masjid di tengah lima gapura, sebagai pusat ibadah serta
simbol kesucian, tempat umat Muslim menyembah, memuji, menyucikan, dan
mendekatkan diri kepada Allah. Kelima gapura yang mengelilingi masjid
menegaskan bahwa umat Muslim haruslah melaksanakan rukun Islam Secara sempurna
untuk dapat mendekatkan diri kepada Yang Mahakuasa.
Gimana
sobat?? Menarik kan traveling mengunjungi
lokasi bersejarah tempat sumber penyebaran agama Islam di pulau Jawa. Semoga
tulisan ini bermanfaat bagi kita semua di bulan Ramadhan ini.
Tulisan dirangkum dari berbagai sumber.
Sumber foto : Google image
No comments:
Post a Comment