Suku Sasak telah menghuni Pulau Lombok selama berabad-abad, Mereka telah menghuni wilayahnya sejak 4.000 Sebelum Masehi. Ada pendapat yang mengatakan bahwa orang Sasak berasal dari percampuran antara penduduk asli Lombok dengan para pendatang dari Jawa. Ada juga yang menyatakan leluhur orang sasak adalah orang Jawa. Dari 4 juta jiwa penghuni pulau Lombok, 80 persen nya ialaj suku Sasak.
Menurut Goris S., “Sasak” secara etimologi, berasal dari kata “sah” yang berarti “pergi” dan “shaka” yang berarti “leluhur”. Dengan begitu Goris menyimpulkan bahwa sasak memiliki arti “pergi ke tanah leluhur”. Dari pengertian inilah diduga bahwa leluhur orang Sasak itu adalah orang Jawa. Bukti lainnya merujuk kepada aksara Sasak yang digunakan oleh orang Sasak disebut sebagai “Jejawan”, merupakan aksara yang berasal dari tanah Jawa, pada perkembangannya, aksara ini diresepsi dengan baik oleh para pujangga yang telah melahirkan tradisi kesusasteraan Sasak. Namun ada juga anggapan lain yang meyebut bahwa sasak berasal dari kata sak-sak yang berarti sampan. Analisa ini berkaitan dengan legenda kedatangan nenek moyang suku Sasak yang menaiki sampat dari arah barat. Dan menurut sumber yang lainnya juga disebutkan bahwa etimologi nama Sasak berhubungan dengan dengan kitab Negarakertama karangan Mpu Prapanca pada abad ke 14. Dalam kitab yang memuat catatan kekuasaan Majapahit itu terdapat ungkapan "lombok sasak mirah adi" yang kurang lebih dapat diartikan dengan "kejujuran adalah permata yang utama". Pemaknaan ini merujuk kepada sasak yang diartikan sebagai satu atau utama. Sementara lombok berarti jujur atau lurus, mirah diartikan perhiasan, dan adi bermakna baik.
Sejarah pulau Lombok sendiri memang tidak bisa dipisahkan dari silih bergantinya kekuasaan pada masa itu. Konon di zaman pemerintahan Raja Rakai Pikatan di Medang (Mataram kuno), suku Jawa telah banyak memasuki Lombok dan kemudian menikah dengan penduduk asli dan menjadikan nenek moyang suku Sasak yang kita bahas sekarang. Dalam catatan sejarah, sejak abad 14-15 masehi, pulau Lombok berada dalam kekuasaan Majapahit. Bahkan koon kabarnya, sang patih Gajah Mada yang legendaris itu sendiri yang datang ke Lombok untuk menundukkan beberapa kerajaan yang ada di pulau yang bersebelahan dengan Bali itu. Namun seiring melemahnya pengaruh Majapahit Islam masuk dan kemudian meyebar luas. Terutama setelah mendapat bantuan langsung dari para wali di jawa dan Makassar. Hal itulah yang menyebabkan sekarang agama Islam menjadi agama mayoritas di Lombok menyisakan hanya sedikit penduduk yang masih memeluk agama Sasak Boda peninggalan leluhur mereka terdahulu. Kini pemeluk Sasak Boda lebih banyak menyingkir dan berdiam diri di wilayah lembah dan pegunungan Lombok bagian selatan.
Dari sejarahnya yang panjang, Suku Sasak bisa saja diidentifikasikan sebagai budaya yang banyak mendapat pengaruh dari Jawa dan Bali. Pun sejarah mencatatnya demikian, kenyataannya kebudayaan Suku Sasak memiliki corak dan ciri budaya yang khas, asli dan sangat mapan hingga berbeda dengan budaya suku-suku lainnya di Nusantara. Kini, Sasak bahkan dikenal bukan hanya sebagai kelompok masyarakat tapi juga merupakan entitas budaya yang melambangkan kekayaan tradisi Bangsa Indonesia di mata dunia.
Berikut ini adalah beberapa tradisi yang cukup terkenal dari suku Sasak.
Bebubus Batu. Dari kata “bubus”, yaitu sejenis ramuan obat berbahan dasar beras yang dicampur berbagai jenis tanaman, dan dari kata batu yang merujuk kepada batu tempat melaksanakan upacara. Bebubus Batu adalah upacara yang digelar untuk meminta berkah kepada sang Kuasa. Upacara ini dilaksanakan tiap tahun, dipimpin oleh Penghulu (pemangku adat) dan Kiai (ahli agama). Masyarakat ramai-ramai mengenakan pakaian adat serta membawa dulang, sesajen dari hasil bumi.
Sabuk Beleq. Merujuk kepada sebuah pustaka sabuk yang besar (Beleq) bahkan panjangnya mencapai 25 meter, masyarakat Lombok khususnya mereka yang berada di wilayah Lenek Daya akan menggelar upacara pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun Hijriah. Tradisi pengeluaran Sabuk Bleeq ini mereka awali dengan mengusung Sabuk Beleq mengelilingi kampung diiringi dengan tetabuhan gendang beleq. Ritual upacara kemudian dilanjutkan dengan menggelar praja mulud hingga diakhiri dengan memberi makan berbagai jenis makhluk. Upacara ini dilakukan untuk mempererat ikatan persaudaraan, persatuan dan gotong royong antar masyarakat, serta cinta kasih di antara makhluk Tuhan.
Sekian pembahasan tentang suku Sasak kali ini sob. Semoga menjadi tambahan pengetahuan untuk kita semua agar kita semakin menghargai budaya nusantara dan memelihara kelestariannya. Karena tiada bangsa yang besar tanpa penghargaan terhadap sejarah, asal usul dan budaya bangsanya.
#BanggaIndonesia
No comments:
Post a Comment